Sukarno-Hatta boleh saja
memproklamasikan kemerdekaan RI de facto pada 17 Agustus 1945, tetapi
perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure) sebagai negara yang
berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lain. Pada
poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan dari tokoh tokoh Timur
Tengah, sehingga Negara Indonesia bisa berdaulat.
Pasalnya, adalah Palestina
merupakan salah satu negara yang 'membanting-tulang' demi mewujudkan
kemerdekaan Indonesia dari belenggu penjajahan imperium Belanda,
Portugis dan Jepang.
Gong dukungan untuk kemerdekaan
Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari
buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh
Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia , M. Zein Hassan
Lc.
Mengapa Indonesia harus membantu Palestina?
Sesuai dengan paragraph pertama
pembukaan UUD 1945. Palestina sebagai sebuah negara terjajah yang telah
lama merasakan penjajahan bangsa asing, umat Islam perlu bergerak untuk
menghentikan pejajahan atas Israel. Hubungan yang sudah terjalin sudah
sejak perang kemerdekaan sangat aktif mendorong kemerdekaan Indonesia.
Peduli terhadap bangsa Palestina
adalah bentuk rasa terima kasih kita sebagai bangsa yang telah merdeka.
Selain itu bagi umat islam masjid Al-Aqsha adalah masjid suci, sama
dengan masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Palestina.
Membelanya dan mensucikannya dari pelecehan serta penistaan zionis
Israel adalah kewajiban.
M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku
sejarah, menyatakan dalam bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang
peranserta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan
Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan
sikap.
Dukungan Palestina ini diwakili
oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti besar Palestina- secara
terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia: pada 6 September 1944, Radio
Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina
Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang
dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas
kemerdekaan Indonesia.
Berita yang disiarkan radio
tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian
“Al-Ahram” yang terkenal telitinya juga menyiarkan. Syekh Muhammad Amin
Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan
menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia” dan
memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak
diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat dinegeri ini.
Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI.
Sebab itu, sudah sepantasnya rakyat
Indonesia membantu rakyat Palestina yang membutuhkan dukungan moril demi
kemerdekaan dari belenggu Zionis Israel. Kesamaan historis dengan
Indonesia menumbuhkan harapan melalui Konferensi Internasional Al Quds
dan Palestina.
"Rakyat Indonesia menuntut
segera terwujudnya kemerdekaan Palestina dari penjajahan Zionis Israel,"
sebut Steering Committee International Conference For the Freedom of Al
Quds and Palestine (ICFQP) Aqsa Working Group Indonesia untuk
Yakhsyallah Mansur, Rabu (6/6).
Kedekatan hubungan diplomasi
antara Indonesia dan Palestina mengukuhkan niat sejumlah lembaga
kemanusiaan yang peduli Palestina untuk menggelar konferensi tersebut.
Lokasi yang dipilih selama konferensi berlangsung pada 4-5 Juli
mendatang di Bandung, Jawa Barat. Lantaran kota Paris van Java itu
tercatat dalam sejarah sebagai penyelenggara Konferensi Asia-Afrika
pertama yang digelar 1955 silam.
Palestina, sebut Mansur, banyak
membantu jelang kemerdekaan Indonesia. Secara diplomasi tokoh-tokoh
ternama Palestina seperti Mufti Syekh Mohammad Amin Al Husain
berkampanye di jazirah Arab agar mendukung kemerdekaan Indonesia.
Muhammad Ali Tohir, saudagar asal Palestina pun membantu secara materil
persiapan para pemimpin Tanah Air.
"Hubungan historis kebangsaan
dan menjadi akidah Muslim bersama untuk membela kemerdekaan Palestina
melalui konferensi internasional yang dihadiri tokoh nasional dan tokoh
agama. Nantinya Bandung menjadi kota kemerdekaan untuk semua bangsa,"
ulas Mansur mengakhiri.
source : Republika/suara-islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar